042 Dasar Pemikiran Integrasi Nilai Islam dan Ilmu Pengetahuan oleh Prof. Dr. Nurhayati Djamas, MA, M.Si, Universitas al Azhar Indonesia

 

Sinopsis

Kuliah ini membahas tentang integrasi pemikiran Islam dalam wahyu al Qur’an dengan temuan llmu pengetahuan tentang fakta dan objek ciptaan Allah di alam semesta. Pembahasan ini meliputi gambaran konsep teo antroposentris sebagai paradigma saintifik dalam Islam, yang berbeda dengan konsep antroposentris yang mendominasi paradigma ilmu pengetahuan di dunia Barat. Paradigma saintifik Islam melibatkan unsur Allah, Maha Pencipta dan Pengatur skenario kehidupan di alam semesta, serta peran manusia sebagai ulul albab,  yang beriman disertai kerja fungsional ratio dan inderawi manusia. Hal itu berbeda dengan paradigma anthroposentris  di dunia Barat yang mengenyampingkan aspek metafisik (sekularisasi ilmu ) dalam penggalian kebenaran teori ilmu pengetahuan.   
Paradigma  teo-antroposentris mengakui kebenaran wahyu  yang berdimensi  transendental, bersumber dari Allah SWT (wujud metafisik) ditrurunkan pada Rasulullah Muhammad SAW melalui malaikat Jibril (wujud metafisik), dissamping kebenaran hasil eksplorasi saintifik olah ratio dan pengalaman empirik manusia terhadap fakta dan objek ciptaan Allah di alam semesta (ayat kauniyah) yang menghasilkan ilmu pengetahuan. 
Manusia sebagai khalifah Allah mengemban amanah sebagai ulul albab, sebagaimana pesan al Qur’an dalam surat Ali Imran; (3 ) : 190-191. Untuk dapat menjalankan peran sebagai mandataris Allah (khalifatullah fil ardh), penciptaan manusia dibekali dengan daya potensial fisik-inderawi; aqal, qalb-al fuad, dan nafs dengan masing2 fungsi yang saling berkaitan.  Bagan berikut menggambarkan alur integrasi pemikiran Islam dan ilmu pengetahuan. 

Minggu 1: Konsep Integrasi
Integrasi dimaksudkan sebagai proses pencarian titik temu bagian-bagian dari satu kesatuan kebenaran yang bersumber dari Allah SWT, yaitu kebenaran dimensi metafisik transendental ayat-ayat  Al Quran (ayat qauliyah) serta kebenaran empirik rasional ilmu pengetahuan hasil eksplorasi dan pemahaman manusia terhadap keteraturan objek ciptaan Allah di alam semesta (ayat-ayat kauniyah).  
Keteraturan seluruh gerak  ciptaan Allah di alam semesta sebagai hukum alam sebagai ketetapan Allah (sunnatullah).“ Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya, dan ditetapkannya tempat-tempat bagi perjananan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan waktu. Allah tidak menciptakan yang demikian itu, melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. ”. Surat Yunus (10):5.  
Dalam pandangan ini, kebenaran teori ilmu pengetahuan yang terverifikasi akan menguatkan kebenaran pesan wahyu. 



Minggu 2: Paradigma teo-anthroposentris
Teo-anthroposentris adalah cara pandang yang melibatkan Allah (bersifat metafisik), disamping peran manusia dalam menggali dan menemukan  kebenaran ilmu pengetahuan. Dalam pandangan ini Allah merupakan sumber utama kebenaran yang diturunkaNya melalui jalur wahyu, ayat qauliyah Qur’aniyah, serta kebenaran saintifik hasil ekspolasi, olah ratio serta pengalaman empiric inderawi manusia  terhadap objek ciptaan Allah di alam semesta (ayat-ayat kauniyah) dengan gerak fungsi masing-masing menurut hukum alam (sunnatullah). “ Sungguh Tuhanmu (adalah) Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat (Dia ciptakan) matahari, bulan dan bintang-bintang tunduk kepada perintahNya. Ingatlah ! Segala penciptaan dan urusan menjadi hakNya. Maha Suci Allah, Tuhan seluruh alam. “ Surat Al A’raf (7) : 54.
Sementara paradigma antroposentris yang mendominasi pemikiran keilmuan di Barat menekankan pada kerja ratio dan pengalaman empiric manusia. Pandangan positivistic August Comte sama sekali mengenyampingkan realm metafisik, yang menjadi akar dari sekularisasi ilmu pengetahuan dan dunia Barat. 



Minggu 3: Pendekatan Tafsir Ilmi pada Riset Integrasi Ilmu keIslaman  Lintas Displin
  • Ilmu Tafsir atau ‘Ulumul Qur’an merupakan salah satu dari ilmu-ilmu naqliyah yang bersumber dari  nash (al Qur’an dan Sunnah Rasul). Disamping itu, bagian dari ilmu naqliyah yaitu ‘Ulumul Hadis, Fikih, Ushul Fikih, Ilmu Kalam, Ilmu Tasauf, Bahasa Arab dan ilmu keislaman praxis seperti ilmu Dakwah, Pendidikan Islam, Politik Islam, Ekonomi Islam dan lainnya. Ilmu Tafsir dapat dikategorikan sebagai ilmu paling mendasar dari ilmu-ilmu naqliyah untuk Studi Islam (Dirasah Islamiyah). Kajian tafsir memiliki hubungan erat dengan ‘ulumul hadis, disamping Bahasa Arab (sebagai ilmu instrumental). Disamping itu ilmu keislaman lain seperti Fikih memerlukan kajian tafsir untuk keperluan istinbath hukum fikih. Begitu pula pada cabang ilmu keislaman yang lain.
  • Terdapat beberapa corak kajian tafsir terkait subjek yang menjadi  fokus kajian tafsir, metode  dan pendekatan kajian tafsir, seperti tafsir tahlili, tafsir maudhu’i, tafsir ijmali, dan tafsir ilmi sebagai salah satu corak tafsir dengan fokus pada ayat-ayat kauniyah ilmu pengetahuan.  Meskipun ada perbedaan fokus dan pendekatan dalam kajian tafsir, namun dalam praktek  beberapa corak metode tafsir tersebut dapat digunakan secara bersamaan  sebagai penguatan  dalam proses kajian tafsir, seperti yang akan digambarkan kemudian. 



Minggu 4: Konsep Ulul-Albab
Ulul albab dapat dipahami sebagai bagian dari mandate Allah kepada manusia sebagai khalifah Allah. 
“ Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, serta silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi ulul albab”. “yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka lindungilah kami dari siksa api neraka”  Surat Ali Imran (3) :190-191. 
Terdapat 3 pesan utama pada kedua ayat tersebut; 
Penciptaan alam semesta, langit dan bumi, serta segala objek di alam semesta, merupakan lahan untuk dijadikan objek ilmu pengetahuan melalui pengamatan dan olah pikir ulul albab. 
Ulul albab adalah mereka yang mengingat Allah (beriman) dan menggunakan akal fikiran  (akal ratio dan allub-akal ruhani) untuk memahami objek  ciptaan Allah di alam semesta. 
Allah menciptakan segala sesuatu tidak sia-sia, dengan maksud dan tujuan tertentu. Itulah yang harus dieksplore dan dipahami manusia. 



Minggu 5: Potensi Insaniyah sebagai Mandataris (khalifah) Allah.
Fisik Inderawi “ Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati Nurani, agar kamu bersyukur”.  Suat An Nahl (16) ; 78.  “ ..Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah”. Surat Al A’raf (7) : 179.    
Aqal dengan fungsi kognitif untuk berfikir, namun juga memiliki dimensi ruhaniah. 
Qalb dengan daya ruhaniah menyerap kebenaran dari Allah. Kebenaran wahyu Allah diperoleh dengan daya irfani, sebagai fungsi ruhaniah al qalb-al-fuad, al lub,  
Nafs sebagai daya jiwa dengan dua dimensi, hawa nafsu dan dimensi takwa (fujuuraha wa taqwaha).  



Minggu 6: Fokus Integrasi
Riset bagi pencairan temuan saintifik  tentang objek, fakta dan fenomena di alam semesta yang diungkap dalam  pesan wahyu (ayat-ayat al Qur’an) dengan menggali koherensi antara pesan wahyu dan  bukti saintifik ilmu pengetahuan. Langkah-langkahnya; 
Indetifikasi dan inventarisasi ayat-ayat al Qur’an yang mengandung pesan tentang fakta dan objek ciptaan Allah di alam semesta, menggali arti dan maknanya (Terjemahan dan Tafsir al Qur’an).  
Melakukan klassifikasi disiplin ilmu terkait fakta, fenomena atau objek yang ada dalam pesan ayat al Qur;an tsb, melakukan pencarian teori yang relevan, serta verifikasi atas teori tersebut. 
Melakukan riset (observasi dan eksperimen) terhadap pesan ayat al Qur’an tentang fakta di alam semesta yang belum ada penjelasan saintifik.    



Minggu 7: Klassifikasi Ilmu dan Integrasi (perspektif Islam)
Ilmu naqliyah, yang bersumber dari nash al Qur’an dan Sunnah, dan ilmu aqliyah, hasil capaian ratio dan pengalaman inderawi (Ibnu Khaldun). 
Ilmu naqli, ilmu kalam, tasauf, tafsir, ilmu tafsir, hadis dan ilmu hadis, fikih dan ushul fikih, Bahasa Arab (ilmu alat), ilmu dakwah, pendidikan Islam, dsb. 
Ilmu aqli, mantiq, ilmu hisab, astronomi, dsb. 
Ilmu-ilmu naqli adalah bagian dari Islamic Studies or Religious Studies, memerlukan pembumian kontekstual dalam pengalaman empriik manusia.    



Post a Comment

1 Comments

  1. Alhamdulillah..terima kasih atas perkongsian ilmu di video dan slaid, moga Allah Subhanahu wa ta'ala memberkati dengan sebaiknya

    ReplyDelete