Sinopsis
Sebagai khalifatullah di atas bumi, Allah telah memberikan tugas mulia kepada manusia untuk mengelola, mengolah dan memakmurkan alam semesta. Tugas itu tidak akan mungkin dilaksanakan jika manusia tidak memanfaatkan seluruh perangkat hidupnya terutama logika. Ketika Islam datang, manusia telah memiliki peradaban yang maju kala itu seperti Persia, Romawi, Yunani, Hindia dan China. Sebagian besar dari peradaban itu perlahan-lahan berhasil ditaklukkan oleh umat Islam dalam semangat “al-futuhat al-Islamiah”. Dalam interaksi dan persentuhan dengan peradaban maju tersebut umat Islam memerlukan strategi yang tepat sehingga kedatangan Islam dapat diterima dan memuaskan bagi mereka. Ilmu Kalam adalah salah satu metodologi umat Islam dalam membentengi dan mendakwahkan Islam kepada bangsa-bangsa yang sudah berperadaban atau sebagai strategi untuk menghadapi benturan antara keyakinan Islam dengan keyakinan lain yang berseberangan dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw yang kemudian dipahami dan diamalkan oleh para salaf al-shalih.
Minggu 1: Pembukaan
Rasulullah Muhammad saw. mewariskan ajaran Islam yang komprehensif yang diteruskan oleh para sahabat dan kelompok-kelompok sesudahnya. Sepeninggal Rasulullah saw., pokok-pokok ajaran Islam berkembang dalam dinamika sosial, kultural, dan politik di setiap masanya. Sejarah meriwayatkan konflik yang tidak hanya terjadi dengan pihak eksternal di luar Islam, namun juga antar umat Islam itu sendiri. Realitas inilah yang kemudian menjadi akar lahirnya berbagai kelompok dalam Islam. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Muhammad saw. telah memprediksikan kenyataan tersebut. Beliau menjelaskan bahwa umat Islam di akhir zaman akan terbagi menjadi 73 kelompok. Dari sekian banyaknya, kelompok yang akan selamat di hari akhir adalah yang berpegang teguh kepada ajaran beliau yang diteruskan oleh para sahabat dan generasi sesudahnya.
Minggu 2: Ilmu Kalam: Definisi dan Sejarah
Terbaginya umat Islam ke dalam banyak kelompok berdampak pada lahirnya ragam pemikiran dalam Islam. Munculnya pusparagam konsep keimanan itu akibat pemahaman internal umat terhadap kitab suci dan sunnah Nabi, dan juga pengaruh dari kebudayaan dan peradaban lain yang masuk kedalam pemikiran umat Islam. Realitas itu pulalah yang memicu lahirnya Ilmu Kalam sebagai disiplin yang didesain untuk memahami berbagai pemikiran tersebut secara rasional. Ilmu Kalam adalah bagian penting yang fokus pada kajian akidah dengan argument yang rasional. Bagi pengembangan ajaran Islam, ilmu ini berfungsi sebagai pengokoh akidah berdasarkan rasionalitas. Ilmu Kalam berkembang seiring dialektika dan persinggungan dengan berbagai tradisi keilmuan. Kajian-kajian terhadap ragam pemikiran dalam Islam senantiasa dikontekstualisasikan dengan dinamika perkembangan teori dan metodologi dalam berbagai tradisi keilmuan tersebut.
Minggu 3: Jabariyah dan Qadariyah
Jabariyah dan Qadariyah adalah dua kelompok yang merepresentasikan dua kutub ekstrim dalam Islam. Kedua kelompok ini tetap mengambil pokok pikiran dari Al-Qur’an dan merumuskan interpretasi secara parsial. Poros perbedaan antara kedua aliran ini terletak pada porsi usaha manusia dalam menjalani takdirnya. Jabariyah memposisikan manusia sebagai entitas yang pasif, menerima segala ketentuan Allah swt yang ditimpakan kepada mereka tanpa usaha. Sebaliknya, Qadariyah meletakkan manusia sebagai entitas pemilik kuasa yang berdaya penuh atas segala ketentuan yang akan mereka terima di dunia dan menafikan entitas lain di luar dirinya.
Minggu 4: Khawarij, Murji’ah, dan Syi’ah
Khawarij, Murji’ah, dan Syi’ah adalah tiga kelompok yang merepresentasikan model akidah dalam Islam yang bermula dari kehidupan politik. Kelahiran tiga kelompok ini memiliki latar politik yang amat kental terkait figur yang menjadi khalifah penerus kepemimpinan umat Islam. Khalifah menurut mereka harus sejalan dengan al-Quran yang mereka pahami secara parsial.
Minggu 5: Mu’tazilah
Mu’tazilah merepresentasikan rasionalitas ekstrim dalam memahami nash Al-Qur’an dan Hadis. Mereka merupakan kepanjangan dari ide-ide yang diusung oleh Jabariah dalam bentuk yang sudah sistematis. Kelompok ini menyusun konsepsi dan metodologi interpretasi nash yang memberi porsi berlebih pada akal. Domain akal menjadi sangat dominan, sehingga menguasai dimensi esoteris Islam. Klik untuk slide.
Minggu 6: Ahlussunnah: Asy’ariyah dan Maturidiyah
Ahlussunnah wal jama’ah adalah kelompok yang merepresentasikan keseimbangan dalam berpikir dan beramal. Pola khas kelompok ini dalam memahami nash adalah menjadikan akal sebagai media bukan penentu tunggal maksud nash. Corak interpretasi nash dalam kelompok ini diwarnai oleh ragam tradisi dan dimensi Islam sebagai sebuah agama.
Minggu 7: Deisme dan Proporsionalisme
Dalam dinamika perkembangannya, Ilmu Kalam menghadapi tantangan bernama modernitas. Ianya adalah situasi dimana akidah dan teologi memasuki ruang pemahaman baru. Pada masa ini, manusia terpana dengan berbagai kecanggihan teknologi dan kemajuan industri. Manusia merasa mencapai puncak peradaban, sehingga Tuhan tidak lagi dibutuhkan dalam hidup. Pemikiran ini muncul dengan jelas dalam konsepsi deisme yang beranggapan bahwa Tuhan tidak campur tangan dalam kehidupan manusia. Untuk melakukan counter terhadap pemahaman tersebut, diperlukan konsepsi teologi yang mengusung keseimbangan. Proporsionalisme adalah sebuah tawaran pemikiran untuk menghadapi situasi tersebut. Dalam teologi Proporsionalisme, kuasa Tuhan dan gerak manusia diposisikan secara proporsional.
Kelas terbuka untuk semua orang tanpa memandang latar belakang pendidikan. Kelas ini gratis dan E-sertifikat akan diberikan kepada mereka yang menghadiri minimal lima kelas untuk setiap mata kuliah. Peserta yang berminat dapat mendaftar di https://bit.ly/KuliahIIIT .
1 Comments
Sangat mencerahkan kajian2 keilmuan yg diberikan. Jazakallahu khair wa barakallahu fik
ReplyDelete